Saturday 5 July 2014

Sssht! It's a secret :)



4 Juli 2014
Mungkin sudah hampir atau bahkan lebih dari 2 minggu berlalu. Kejadian itu, yang jujur saja, membuatku kurang bisa fokus dalam mengerjakan sesuatu, terutama untuk persiapan ujian akhir. Ini terdengar bodoh memang. Tapi biarlah. Aku yakin diluar sana banyak orang-orang dengan pengalaman yang sama sepertiku.
Sebuah pesan singkat dari rekanku di kampus. Aku bingung harus bereaksi seperti apa. Senang, tapi juga ada sedikit—yah, sedikit sekali—‘kecemburuan’. Hahaha entah ada angin apa aku menulis kata bertanda kutip itu. Dan kutanyakan lebih detail lagi kejadian yang rekanku itu alami—yang tentunya berkaitan dengan’mu’. Aku hanya menahan tawa, antara senang karena teman SMAku bisa akrab juga dengan teman kuliahku, malu karena rekan kuliahku itu menggodaku, dan ‘cemburu’ karena seumur hidupku—dan seingatku—hal semacam ini baru terjadi.
Entah itu keesokan harinya atau kapan, aku mencoba menanyakan hal itu padamu. Dan yah… yang kalian ceritakan sama. Disini aku sedikit lega. Tidak ada kebohongan. Hingga keesokan harinya, saat rapat kepanitiaan berlangsung, rekan kuliahku itu menanyakan sesuatu. Aku lupa apa. Tapi yang jelas itu berkaitan dengan aku dan kamu. Beberapa kali aku tersenyum malu. Pembicaraan kami tertulis dalam sebuah kertas lusuh yang terlipat seadanya. Kami tak mau membuat kegaduhan di tengah rapat. Kertas lusuh berisi hal yang menurutku ‘keramat’ itu sempat berhenti di tangan rekan kuliahku yang lain dan mereka membacanya. Ini. Ini yang membuatku semakin tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Kalau aku diam saja, aku tidak bisa menahan senyum. Tapi kalau aku salah tingkah, bisa jadi mereka mengartikan itu sebagai suatu ‘pertanda’.
Perbincangan di tengah rapat itu masih berlangsung ketika rapat di skors sementara. Banyak yang kami bicarakan. Dan yang aku simpulkan adalah, perbincangan mereka tidak berhenti sampai disitu. Ada bagian yang tidak mereka ceritakan tentunya. Lagipula, aku tidak berhak tahu apa saja yang mereka bicarakan.
Ingatanku kembali ke satu minggu sebelum kejadian ini terjadi. Dimana ‘kita’ masih sering berkomunikasi satu sama lain, hampir setiap malam aku merefresh inbox facebookku melalui handphone dan tertawa sendiri. Seperti biasa perbincangan yang tidak jelas arahnya. Kalimat-kalimat yang tidak penting bertebaran dimana-mana. Mungkin untuk ‘kita’ saling mengejek sudah jadi hal biasa. Meskipun seringkali aku merasa sebal. Tapi disamping perbincangan yang tidak jelas itu, di sudut lain diantara kalimat yang tidak penting dan ejekan-ejekan ‘kita’, ada beberapa kata yang jujur, sulit aku lupakan. Yang membuatku tersenyum. Senyum dalam artian yang berbeda. Yang bisa mewakili kata-kata yang tidak bisa aku ucapkan terlebih dahulu sebelum kau mengucapkannya.
“Aku juga…”
Satu kata itu saja sebenarnya sudah bisa mewakili perasaanku. Tapi aku tidak bisa menyampaikan sesingkat itu. Karena dengan kalimat singkat dan tanpa basa-basi itu, itu sama saja artinya aku mengungkapkan semuanya. Dan pada akhirnya aku membalas perkataanmu dengan candaan.
Buatmu, kata-kata ‘rindu’ dan ‘sayang’ mungkin bukanlah hal tabu. Tapi tidak buatku. Aku jarang—dan bahkan hampir tidak pernah—mengucapkan ‘aku menyayangimu’ secara gamblang. Aku lebih suka mengungkapkannya melalui perbuatan dan perhatian yang lebih. Disamping itu, lingkungan sekitarku juga tidak mendidikku untuk dengan mudah mengungkapkan ‘sayang’. Sayang bukan dalam artian ‘aku menyayangi orangtua dan adikku’, atau ‘aku menyayangi sahabatku’. Tapi ‘sayang’ pada lawan jenis. Dan mungkin ini yang membuatku sedikit berharap lebih.
Aku rasa kata ‘sayang’ tidak seharusnya kau buat sebagai bahan candaan. Tapi aku tidak tahu bagaimana pendapatmu tentang ini. Meskipun aku masih bisa mentolerir kata ‘rindu’. Aku juga merindukan teman-temanku yang lain karena kami sudah jarang sekali bertemu.
Yang membuatku sakit adalah disaat perbincangan kita berhenti, perbincangan antara kau dan rekan kuliahku itu masih berlanjut. Aku juga yakin tidak hanya di depan umum—social media—dimana orang-orang lain bisa melihat saja. Padahal kalian baru kenal kurang dari 1 bulan, sementara kita sudah saling kenal hampir 2 tahun. Kejadian ini tak lama setelah kata-kata ‘sayang’ dan ‘rindu’ itu. *Sudahlah… itu hanya bercanda -_- iya, mungkin terlalu mudah bagimu untuk bercanda dengan kata-kata ‘sayang’. Atau mungkin, ‘sayang’ seperti apa yang kau maksud?*
‘Mungkin masih ada banyak hal yang ingin dia ketahui tentang rekan kuliahmu itu?’
Kalau memang benar itu jawabannya, aku paham. Aku bisa mengerti. Tapi ada hal lain yang tidak bisa aku ceritakan disini satu-persatu, yang membuat pertanyaan diatas jadi membawa kesan ‘habis manis sepah dibuang’. Meskipun ini terlalu kasar. Aku juga tidak terlalu yakin kau setega itu.
Apa mungkin aku salah lagi? Salah mengartikan lagi? Yah, sepertinya begitu. Orang yang pertama kali aku ingat ketika hampir saja harga diriku hancur karena menjadi korban pelecehan, yang pertama kali aku sebut namanya dan kumintai tolong dan kuharap kehadirannya disaat itu juga untuk menolongku, yang aku harap menemaniku ketika aku menunggu diruang ICU rumah sakit sambil memandangi elektrokardiogram, menguatkanku ketika aku menangis melihat angka-angka dalam elektrokardiogram itu berwarna merah dan menunjukkan angka 0, yang aku tunggu pesannya setiap kali aku membuka inbox facebookku. Aku mungkin terlalu berlebihan. Tapi jujur, kamu satu-satunya teman laki-lakiku yang benar-benar perhatian dan mampu membuatku kagum. Kagum karena pengetahuan agamamu jauh melebihi aku, kagum karena kesetiaanmu terhadap perempuan yang kau sukai.
Mungkin kau tidak pernah hadir ketika aku ketakutan dan hampir berteriak meminta tolong, mungkin kau juga tidak hadir saat aku menangis menunggu masa-masa kritis ayahku, mungkin kau juga sering sekali membuatku sebal karena ejekanmu yang tidak ada habis-habisnya, tapi kau tidak pernah gagal membuatku tersenyum ketika kita mengobrol lewat pesan singkat, dan kau selalu berhasil membuatku salah tingkah sehingga tidak tahu harus berbuat apa ketika kita bertemu.
Satu hal, yang sampai detik ini masih kusimpan, yang jujur, jarang aku pikirkan karena seringkali ini menyakitkan dan tak seharusnya ada, tapi tidak pernah aku lupakan keberadaannya. Satu hal itu mungkin tidak akan aku ucapkan secara gamblang. Tapi akan aku simpan sendiri, sampai saatnya nanti kau benar-benar serius mengucapkannya. Meskipun itu belum tentu terjadi dan bahkan mustahil.
Dari sini aku bisa belajar, tidak seharusnya dengan mudah aku menanggapi candaanmu yang membuat pipiku memanas, tidak seharusnya aku menaruh harapan lebih karena mungkin sesungguhnya kesetiaanmu masih pada satu orang perempuan yang membuatmu terkagum-kagum itu, dan tidak seharusnya aku merasa tersakiti ketika melihatmu berbicara dengan yang lain terutama dengan teman baikku sendiri. Karena disini aku bukan siapa-siapamu. Hubungan diantara kita hanya sebatas teman SMA, tidak lebih. Aku tidak punya hak apapun atas dirimu, tak berhap sedikitpun mengatur hidupmu, dan aku tak berhak sakit hati jika nantinya kau mengungkapkan kemungkinan terburuk tentang ‘kita’.
Tapi tenang saja, aku masih bisa mengendalikan diriku. Aku masih punya kewajiban lain, masih punya banyak waktu untuk menemukan orang lain yang lebih tepat. Aku juga tahu, aku sadar diri, siapa aku dan siapa dirimu.
Sebagian kecil diriku ingin kau membaca ini, tapi sebagian lagi aku ingin kau tidak pernah tahu bahwa aku pernah menulis hal bodoh seperti ini di blog. Aku tidak mau kau tahu yang sebenarnya. Aku tidak mau tulisanku ini justru merusak status kita sebagai ‘teman’ dan membuat kita menjadi lebih canggung ketika bertemu. Biarkan saja semua apa adanya. Tapi, jika pada akhirnya nanti kau membaca ini, aku harap, jangan semudah itu kau mengungkapkan ‘sayang’ dan ‘rindu’ pada perempuan lain jika itu hanya kau buat untuk bahan candaan. Ini juga untuk kebaikanmu. Kau tidak mau kan di cap sebagai laki-laki yang yang suka merayu? Aku juga tidak mau kau seperti itu. Jadikan kata-kata itu sebagai kata-kata keramat yang hanya kau ucapkan pada satu orang saja. Yang kau yakin bahwa dia benar-benar untukmu dan bisa menjadi yang tepat bagimu. J

Thursday 2 January 2014

1 menit, 1 tahun



Tahun baru. Bagiku apa yang spesial? Tidak ada. Hanya kalender di handphoneku yang kembali menampilkan bulan Januari. Aku ingin tahu apa yang mereka rasakan diluar sana. Melihat gemerlap kembang api di langit hitam, menghabiskan waktu bersama keluarga, teman, atau bahkan kekasih. Hahaha apa yang kau harapkan dari kata ‘kekasih’?
Rasanya baru kemarin saja aku mengucapkan selamat tahun baru. Baru kemarin saja kalender di handphoneku menunjukkan bulan Januari. Baru kemarin saja aku duduk di bangku kelas 3 SMA.
Tahun baru ini apa yang spesial? Mungkin karena malam ini aku berhasil melihat kembang api. Mungkin. Selebihnya? Tidak ada. Bahkan mungkin tahun ini aku tidak mendapat ucapan ‘Happy New Year’ sebanyak tahun lalu. Entahlah, tidak penting juga sebenarnya. Tapi tentu ada sesuatu yang kurang. Ketika aku mendapat banyak ucapan, aku tidak bisa melihat meriahnya kembang api di luar sana. Tapi sekarang? Ketika aku berhasil melihatnya, sejauh ini hanya ada satu orang. Hanya satu. Mungkin ini yang disebut dengan ‘adil’.
Tadi aku sempat membaca sebuah postingan di twitter. Sedikit frontal memang. ‘Aku ingin menciummu mulai dari pukul 23.59 hingga 00.01 agar aku bisa mengakhiri tahun 2013 dan memulai tahun 2014 dengan sempurna’. Tapi mungkin jika kau mendengar ucapan ini dari orang yang kau cintai mungkin pipimu akan bersemu merah. Hahaha apa sebenarnya maksud dari ‘orang yang kau cintai’?
Beberapa hari ini juga banyak orang yang mengatakan, ‘sampai jumpa tahun depan!’ sambil melambaikan tangan lalu berbalik dan melangkah menjauh dengan sudut bibir terangkat. Manis memang. Padahal mungkin yang mereka maksud tahun depan mungkin hanya 1 jam, 1 menit, atau bahkan 1 detik dari sekarang.
Kejadian yang paling aku ingat di tahun baru 2013 lalu. Ini mungkin konyol. Tapi, boleh kan jika aku menjadikannya sebagai salah satu momen indah di usiaku yang waktu itu masih 16 tahun?
Malam itu, entah ada berapa pesan yang masuk. Intinya, ‘Selamat tahun baru’. Tak sesingkat itu memang. Mereka menulis dengan panjang lebar, berikut dengan harapan dan doa mereka untuk 2013. Tapi satu pesan yang paling aku ingat. Pesan itu berbahasa Jepang. Aku suka Jepang memang. Aku tahu beberapa arti kata. Tapi jangan menyuruhku menerjemahkan sebuah kalimat. Karena bisa jadi aku mengubah kalimat aktif menjadi pasif yang artinya malah menjadi konyol.
Waktu itu aku masih memiliki aplikasi kamus bahasa Jepang di handphone. Aku menelusuri setiap kata dalam pesan itu. Menerjemahkannya satu persatu. Tapi tidak juga paham dengan maksudnya. Sungguh, kupikir pengirim pesan itu memintaku menerjemahkan isi pesan yang ia kirim. Tanpa pikir panjang aku mengirimkan pesan itu kepada dua temanku yang lain dan memintanya untuk menerjemahkan.
Satu, dua, tiga menit dan tidak ada yang terjadi. Kubalas pesan itu dengan permohonan maaf. Aku tidak berhasil menerjemahkannya. Dan apa yang aku dapat? Sebuah balasan yang berisi terjemahan dari pesan tadi. Dalam hati aku berkata, ‘oh… lalu?’
Kata-kata itu meluncur ke kedua ibu jariku dan segera mengirimkannya kembali. Dengan polos—atau mungkin bodoh—nya aku menunggu balasan. Ada sesuatu yang aneh dengan pesan itu. Layar handphoneku kembali menyala. ‘Itu untukmu,’ balasnya.
Sebuah pesan masuk lagi. Dari orang lain. Berisi terjemahan dari pesan berbahasa jepang tadi. ‘Yah, aku sudah tahu. Dan entahlah, ia bilang itu untukku,’ balasku pada pengirim pesan itu. Jujur, perasaanku sudah tidak karuan. Tidak enak. Bingung. Apapun itu. aku tidak tahu harus menyebutnya apa.
‘Astaga! Itu…seseorang baru saja mengungkapkan perasaannya kepadamu!’
Cukup jelas. Kalimat yang mempertegas hipotesisku. Kalimat yang juga merupakan kesimpulan dari rentetan pesan yang aku terima di malam tahun baru 2013. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Selama ini kami hanya berteman. Memang, kami memiliki hobi yang sama. Ralat. Untukku itu bukan hobi. Hanya sebuah ketertarikan. Aku suka Jepang. Anime, film, drama, lagu. Apapun itu. Tapi aku sama sekali bukan seseorang bertitel ‘otaku’. Aku hanya suka. Tanpa ada imbuhan ‘sangat- ataupun –sekali’. Sedangkan dia? Dia otaku. Memang ada yang jauh lebih ‘otaku’ daripada dia. Tapi menurutku dia sudah termasuk kategori ‘otaku’. Penggila anime. Dan mungkin dari sinilah awalnya. Kami memang sering bercerita, tapi itu tidak hanya berdua. Bertiga, berempat, bahkan bertujuh mungkin? Dan selama itu aku sama sekali tidak merasakan ada indikasi apapun.
Aku lupa apa yang aku katakan. Tapi yang jelas, ia mengirimiku sebuah link web. Aku tidak bisa membukanya malam itu. Slow connection. Ah tidak. Bukan tidak bisa. Aku berhasil membukanya, tapi berhubung adanya hambatan koneksi, aku tidak bisa membuka semua isi web itu. Yang jelas itu sebuah web berisi hal-hal seputar manga, anime, apapun itu.
Yang aku ingat, dan merupakan kesalahan terbesar bagiku adalah aku tidak mengucapkan terimakasih. Mungkin aku juga tidak mengucapkan maaf. Aku lupa. Otakku seperti enggan bekerja. Tapi aku tahu dia paham, karena selain aku tidak merasakan hal yang sama, yang paling utama adalah kami berbeda keyakinan. Itu yang terpenting.
Malam awal tahun 2013 ku akhiri dengan kepala pening. Tak ada bayangan apa saja yang harus aku lakukan ketika kami bertemu nanti. Masih ada sekitar empat bulan sebelum sekolah berakhir. Tapi untungnya semua berjalan lancar. Seakan tidak ada apa-apa. Kau boleh bilang aku jahat. Tapi itu karena aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dan bagaimana aku harus bersikap.
Itu satu tahun yang lalu. Kini? Mungkin malam awal tahun 2014 ini tidak spesial. Tapi siapa tahu dengan hari pertama di 2014? Minggu pertama, bulan Januari, Februari, dan seterusnya di tahun 2014. Tidak ada yang tahu. Karena 1 menit, akan sangat berarti dalam 1 tahun jika kau bisa benar-benar menghargainya.
Sungguh disini aku hanya seperti membual. Menuliskan kata-kata yang terdengar seperti kata-kata mutiara. Padahal aku sendiri belum bisa menerapkannya dalam kehidupanku. Tapi setidaknya, berharaplah itu bisa menjadi cermin bagi dirimu di masa mendatang J

Monday 3 June 2013

Lirik Don't Go - EXO

HANGUL

조그만 날갯짓 널 향한 이끌림 나에게 따라오라 손짓한 것 같아서
애절한 눈빛과 무언의 이야기 가슴에 회오리가 몰아치던 그날 밤

오묘한 그대의 모습에 넋을 놓고 하나뿐인 영혼을 뺏기고
그대의 몸짓에 완전히 취해서 숨 쉬는 것조차 잊어버린 나인데
왈츠처럼 사뿐히 앉아 눈을 뗄 수 없어 시선이 자연스레 걸음마다 널 따라가잖아

* 날 안내해줘
yeah 그대가 살고 있는 곳에 나도 함께 데려가줘
oh, 세상의 끝이라도 뒤따라갈 테니
부디 내 시야에서 벗어나지 말아줘 아침이 와도 사라지지 말아줘 oh
꿈을 꾸는 걸음 그댄 나만의 아름다운 나비

oh, woo-hoo-hoo oh yeah- woo-hoo-hoo yeah woo-hoo-hoo

어디서 왔는지 어디로 가는지 친절히 여기까지 마중을 와준 너
가파른 오르막 깎아진 절벽도 걱정마 무엇도 두려울 것이 없으니

너는 뽐내 우아한 자태
오! 난 몇 번이고 반하고
사랑은 이렇게 나도 모르게
예고도 없이 불시에 찾아와
왈츠처럼 사뿐히 앉아 눈을 뗄 수 없어 시선이 자연스레 걸음마다 널 따라가잖아 oh no

* Repeat

낯선 곳을 헤맨다 해도 길을 잃어버린대도 누구보다 솔직한 나의 맘을 따를거야
조용히 눈에 띄는 몸짓 강하고 부드러운 눈빛
거부할 수 없는 나니까 yeah

날 데려가줘
yeah 그대가 살고 있는 곳에 나도 함께 데려가줘
oh, 세상의 끝이라도 따라갈게 oh no
내 시야에서 벗어나지 말아줘 아침이 와도 사라지지 말아줘 oh
조그마한 손짓 나의 가슴엔 회오리가 친다

woo-hoo-hoo, woo-hoo-hoo, woo-hoo-hoo

ROMANIZED

jo-geuman nal-kaetjis neol hyang-han ikkeu-llim nae-ge ttaraora sonjishan geot kataseo
aejeorhan nunbit-kwah mu-eonye iyagi gaseume hwehori-ga mo-rachideon geunal bam

omyohan geudaeye moseube neokseul nohko hanappunin yeong-honeul ppaetgigo
keudaeye momjise wahnjeonhi chwiihaeseo sum shwiineun geotjocha ijeobeorin na-inde
wahlcheucheoreom sappunhi anja nuneul ttel su eop-seo shiseoni jayeonseure keo-reummada neol ttara-gajanha

nal annae-haejwo
yeah keudae-ga sal-go i-nneun gose nado hamkke deryeo-gajwo
oh, sesangye kkeuchirado dwiittara-gal teni
budi nae shiyaeseo beoseonaji marajwo achimi wahdo sarajiji marajwo oh
kkumeul kkuneun geo-reum keudaen namani areumda-un nabi

oh, wo-o-ho-o-ho-o oh yeah- wo-o-ho-o-ho-o yeah wo-o-ho-o-ho-o

eodi-seo wah-nneunji eodi-ro ganeunji chinjeorhi yeo-gikkaji majungeul wah-jun neo
kapareun oreumag kkakkajin jeolbyeokdo keokjeongma mu-eot-do duryeoul geo-shi eopseuni

neoneun ppomnae uahan jatae
o! nan myeoch beonigo banha-go
sarangeun ireohke nado moreuge
yekodo eobshi bul-shiye chajawah
wahlcheucheoreom sappunhi anja nuneul ttel su eop-seo shiseoni jayeonseure keo-reummada neol ttara-gajanha oh no

nal annae-haejwo
yeah keudae-ga sal-go i-nneun gose nado hamkke deryeo-gajwo
oh, sesangye kkeuchirado dwiittara-gal teni
budi nae shiyaeseo beoseonaji marajwo achimi wahdo sarajiji marajwo oh
kkumeul kkuneun geo-reum keudaen namani areumda-un nabi

nasseon goseul hemaenda haedo gi-reurirheobeorindaedo nu-guboda sol-jikhan naye mameul ttareul-keoya
joyong-hi nune ttyineun momjis kang-ha-go budeureoun nunbit
keobuhal su eom-neun nanikka yeah

nal deryeo-gajwo
yeah keudae-ga sal-go i-nneun gose nado hamkke deryeo-gajwo
oh, sesangye kkeuchirado ttara-gal-ke oh no
nae shiyaeseo beoseonaji marajwo achimi wahdo sarajiji marajwo oh
jo-geumahan sonjis naye gaseumen hwehori-ga chinda

wo-o-ho-o-ho-o, wo-o-ho-o-ho-o, wo-o-ho-o-ho-o

ENGLISH

Your small wing movements, my attraction to you
Your hand gestures seem like you’re telling me to follow you
Your earnest eyes and your silent stories whirled together on that night

I lost myself and my one and only soul in your deep image
Completely drunk in your body movements that I forgot to even breathe
You sit lightly like a waltz and I can’t take my eyes off of you
My eyes naturally follow you each step you take

Lead me
Yeah, to the place you live, take me with you
Oh, I’ll follow you even if it’s at the end of the world
Please don’t escape from my vision, don’t disappear even when morning comes
The walk I dream of, you are my one and only beautiful butterfly

Where did you come from, where are you going?
You kindly came out here to meet me
Even at the steep and uphill cliff, don’t worry
There’s nothing to be afraid of

You show off your elegant figure
Oh I fall for you several times
Love came to me without knowing
Without warning, suddenly
You sit lightly like a waltz and I can’t take my eyes off of you
My eyes naturally follow you each step you take oh no

Lead me
Yeah, to the place you live, take me with you
Oh, I’ll follow you even if it’s at the end of the world
Please don’t escape from my vision, don’t disappear even when morning comes
The walk I dream of, you are my one and only beautiful butterfly

Even if I wander through strange places, even if I get lost
I will follow my heart that is more honest than anyone else
Your body movements quietly catch my eye, your eyes are strong but soft
I can’t deny you yeah

Take me
Yeah, to the place you live, take me with you
Oh, I’ll follow you even if it’s at the end of the world
Please don’t escape from my vision, don’t disappear even when morning comes
Your small hand movements puts my heart in a whirl

INDONESIA

Gerakan sayap kecil Anda, ketertarikan saya untuk Anda
Gerakan tangan Anda tampak seperti Anda menyuruhku untuk mengikuti Anda
Mata tulus dan cerita diam Anda berputar bersama-sama pada malam itu

Aku kehilangan diriku sendiri dan saya satu-satunya jiwa dalam citra yang mendalam Anda
Benar mabuk dalam gerakan-gerakan tubuh yang saya lupa bahkan bernapas
Anda duduk ringan seperti waltz dan aku tidak bisa melepaskan pandanganku dari Anda
Mataku alami mengikuti Anda setiap langkah yang Anda ambil

Pimpin aku
Ya, ke tempat Anda tinggal, membawa saya bersama Anda
Oh, aku akan mengikuti Anda bahkan jika itu pada akhir dunia
Harap jangan luput dari penglihatan saya, tidak hilang bahkan ketika pagi datang
Berjalan aku bermimpi, Anda adalah salah satu saya dan hanya kupu-kupu indah

Mana Anda berasal, di mana Anda akan pergi?
Anda ramah datang ke sini untuk bertemu dengan saya
Bahkan pada tebing curam dan menanjak, jangan khawatir
Tidak ada yang takut

Anda memamerkan sosok elegan Anda
Oh, aku jatuh untuk Anda beberapa kali
Cinta datang kepada saya tanpa mengetahui
Tanpa peringatan, tiba-tiba
Anda duduk ringan seperti waltz dan aku tidak bisa melepaskan pandanganku dari Anda
Mataku alami mengikuti Anda setiap langkah yang Anda ambil oh tidak

Pimpin aku
Ya, ke tempat Anda tinggal, membawa saya bersama Anda
Oh, aku akan mengikuti Anda bahkan jika itu pada akhir dunia
Harap jangan luput dari penglihatan saya, tidak hilang bahkan ketika pagi datang
Berjalan aku bermimpi, Anda adalah salah satu saya dan hanya kupu-kupu indah

Bahkan jika saya berjalan melalui tempat-tempat aneh, bahkan jika saya tersesat
Aku akan mengikuti kata hati saya yang lebih jujur daripada orang lain
Gerakan tubuh Anda diam-diam menangkap mata saya, mata Anda kuat namun lembut
Saya tidak dapat menyangkal Anda ya

Bawa aku
Ya, ke tempat Anda tinggal, membawa saya bersama Anda
Oh, aku akan mengikuti Anda bahkan jika itu pada akhir dunia
Harap jangan luput dari penglihatan saya, tidak hilang bahkan ketika pagi datang
Anda gerakan tangan kecil menempatkan hatiku di pusaran




cr : Exo-K ~ Exo-M for Indonesia

LIRIK EXO K - Baby Don't Cry

HANGUL

더는 망설이지 마 제발 내 심장을 거두어 가
그래 날카로울수록 좋아 달빛 조차도 눈을 감은 밤
나 아닌 다른 남자였다면 희극 안의 한 구절이었더라면
너의 그 사랑과 바꾼 상처 모두 태워버려

* Baby don't cry tonight 어둠이 걷히고 나면
Baby don't cry tonight 없었던 일이 될 거야
물거품이 되는 것은 네가 아니야 끝내 몰라야 했던
so Baby don't cry cry 내 사랑이 널 지킬 테니

오직 서로를 향해있는 운명을 주고 받아
엇갈릴 수 밖에 없는 그 만큼 더 사랑했음을 난 알아
When you smile, sun shines 언어란 틀엔 채 못 담을 찬란
온 맘에 파도 쳐 부서져 내리잖아 oh

Baby don't cry tonight 폭풍이 몰아치는 밤 (우~ 하늘이 무너질 듯)
Baby don't cry tonight 조금은 어울리잖아
눈물보다 찬란히 빛나는 이 순간 너를 보내야 했던
So Baby don't cry cry 내 사랑이 기억될 테니

어두컴컴한 고통의 그늘 위 이별의 문턱에 내가 무참히
넘어져도 그마저도 널 위해서라면 감당할 테니
uh, 대신 나를 줄게 비록 날 모르는 너에게
don`t cry, 뜨거운 눈물보단 차디찬 웃음을 보여줘 Baby,

Say no more (baby) no more (don`t cry)
제발 망설이지는 말아줘 물거품이 될 그 찰나
Say no more (baby) no more (don`t cry)
눈부신 사람으로 남을 수 있게 차라리 그 칼로 날 태워줘

네 눈 속에 가득 차 오르는 달빛 woo~
소리 없이 고통 속에 흘러 넘치는 이 밤

* Repeat

이른 햇살이 녹아 내린다
너를 닮은 눈부심이 내린다
길을 잃은 내 눈은 이제야 Cry cry cry

ROMANIZATION

deoneun mangseo-riji ma jebal nae shimjangeul keodu-eo ka
keurae nal-karoul-surok chowa talbit jochado nuneul kameun bam
na anin dareun namjayeot-damyeon hyikeuk anye han gujeo-riyeot-deoramyeon
neoye geu saranggwah bakkun sang-cheo modu taewobeoryeo

* Baby don't cry tonight eodumi geodhigo namyeon
Baby don't cry tonight eop-seot-deon ili twehl keoya
mul-keopumi dwehneun geoseun ni-ga aniya kkeunnae mollaya haet-deon
so Baby don't cry cry nae sarangi neol jigil teni

ojik seororeul hyang-hae-i-nneun un-myeongeul ju-go bada
eotkallil su bakke eom-neun geu mankeum deo sarang-haesseumeul nan ara
When you nmi-re, sun shines eoneoran teu-ren chae mot dameul chanran
on mame pado chyeo buseojyeo naerijanha oh

Baby don't cry tonight pokpungi mo-rachineun bam (u~ haneu-ri muneojil -deut)
Baby don't cry tonight jo-geumeun eou-llijanha
nun-mulboda chanranhi binnaneun i sunkan neoreul bonaeya haet-deon
So Baby don't cry cry nae sarangi giyeoktwehl teni

eodugeomkeomhan gotongye geuneul wii ibyeolye munteo-ge nae-ga muchamhi
neomeojyeodo keumajeodo neol wiihaeseoramyeon gamdang-hal teni
uh, daeshin nareul jul-ke birong nal moreuneun neo-ye-ge
don`t cry, tteugeoun nun-mulbodan chadichan useumeul boyeojwo Baby,

Say no more (baby) no more (don`t cry)
jebal mangseo-rijineun marajwo mul-keopumi twehl keu chalna
Say no more (baby) no more (don`t cry)
nunbushin sarameuro nameul su itke charari geu kallo nal taewojwo

ne nun so-ge kadeuk cha oreuneun talbit wo-o~
sori eobshi kotong so-ge heu-lleo neomchineun i bam

* Repeat

ireun haessari no-ga naerinda
neoreul talmeun nunbushimi naerinda
gi-reurirheun nae nuneun ijeya Cry cry cry

ENGLISH

Don’t hesitate anymore please, take my heart away
Yes, the sharper it is, the better – even the moonlight shut its eyes tonight
If only it was a different guy and not me, if only it was a line from a comedy
I will burn all of the scars exchanged with your love

Baby don’t cry tonight – after the darkness passes
Baby don’t cry tonight – none of this will have happened
It’s not you who will become short-lived
So baby don’t cry cry – because my love will protect you

We exchange our fates that are headed toward each other
As much as there was no choice but for us to go awry, I know we have loved that much more
When you smile, sun shines, the brilliance can’t be expressed with the boundaries of language
Waves are crashing down in my heart

Baby don’t cry tonight – on this stormy night (like the sky is about to fall)
Baby don’t cry tonight – it’s fitting for a night like this
I had to let you go in this moment that shines brighter than tears
So baby don’t cry cry – my love will be remembered

On top of the dark shadow of pain, on the threshold of farewell
Even if I cruelly fall down, even that will be for you so I will handle it
Instead, I will give myself to you, who doesn’t even know me
Don’t cry – instead of hot tears, show me cold laughter baby

Say no more (baby) no more (don`t cry)
Please don’t hesitate – just when I’m about to become like foam,
Say no more (baby) no more (don`t cry)
Just burn me with that knife so I can remain as a dazzling person

The moonlight fills your eyes
This night passes silently in pain

Baby don’t cry tonight – after the darkness passes
Baby don’t cry tonight – none of this will have happened
It’s not you who will become short-lived
So baby don’t cry cry – because my love will protect you

The early sunlight melts down
The brightness that resembles you falls down
My eyes that were once lost finally cry cry cries

INDONESIAN

Jangan ragu lagi silakan, mengambil hatiku pergi
Ya, yang tajam itu, semakin baik - bahkan cahaya bulan menutup mata malam ini
Kalau saja itu adalah seorang pria yang berbeda dan bukan aku, jika hanya itu garis dari komedi
Aku akan membakar semua bekas luka ditukar dengan cinta

Baby jangan menangis malam ini- setelah melewati kegelapan
Baby jangan menangis malam ini - semua ini akan terjadi
Ini bukan Anda yang akan menjadi singkat
Baby jangan menangis malam ini tidak menangis menangis - karena cintaku akan melindungi Anda

Kami bertukar nasib kita yang menuju satu sama lain
Sebanyak tidak ada pilihan tetapi bagi kita untuk pergi kacau, aku tahu kita telah mengasihi yang jauh lebih
Ketika Anda tersenyum, matahari bersinar, kecemerlangan tidak dapat dinyatakan dengan batas-batas bahasa
Gelombang yang runtuh dalam hatiku

Baby jangan menangis malam ini- pada malam ini badai (seperti langit akan jatuh)
Baby jangan menangis malam ini- itu pas untuk malam seperti ini
Aku harus membiarkan Anda pergi pada saat ini yang bersinar lebih terang dari air mata
Baby jangan menangis malam ini- cintaku akan diingat

Di atas bayangan gelap nyeri, di ambang perpisahan
Bahkan jika saya kejam jatuh, bahkan akan untuk Anda jadi saya akan menanganinya
Sebaliknya, saya akan memberikan diri saya kepada Anda, yang bahkan tidak mengenal saya
Jangan menangis - bukan air mata panas, menunjukkan bayi tertawa dingin

Mengatakan tidak lebih (bayi) tidak lebih (don `t cry)
Jangan ragu - hanya ketika saya akan menjadi seperti busa,
Mengatakan tidak lebih (bayi) tidak lebih (don `t cry)
Hanya membakar saya dengan pisau itu sehingga saya bisa tetap sebagai orang yang mempesona

Cahaya bulan mengisi mata Anda
Malam ini melewati diam-diam kesakitan

Baby jangan menangis malam ini - setelah melewati kegelapan
Baby jangan menangis malam ini - semua ini akan terjadi
Ini bukan Anda yang akan menjadi singkat
Baby jangan menangis malam ini janga menangis jnganmenangis - karena cintaku akan melindungi Anda

Awal sinar matahari meleleh ke bawah
Kecerahan yang menyerupai Anda jatuh
Mataku yang dulu hilang akhirnya menangis menangis menangis


cr : Exo-K ~ Exo-M for Indonesia

Tuesday 30 April 2013

Penghuni Baru Kelasku (part 02)



Pelajaran kedua setelah kimia adalah biologi. Atas izin guru kami, yang juga merupakan wali kelas kami sekaligus, kami diberikan waktu untuk membersihkan sisa kekacauan yang masih ada. Petugas piket hari Selasa dan Rabu begitu sibuk membersihkan kelas. Meski hanya menyapu dan mengepel, tapi kali ini memakan waktu lebih banyak. Lebih dari satu jam para petugas piket kelas kami bertugas. Sementara itu, ada beberapa dari temanku yang justru melakukan tindakan yang menurutku konyol tapi berkesan. Mereka mengambil beberapa lembar kertas, spidol dan stabilo.
“Nonton Musang GRATIS!! Diskon untuk pelanggan pertama!!”
“Foto dengan Musang ASLI! Dengan i-Phone langsung upload instagram!!”
Entah tulisan apa lagi yang mereka tulis dan tempel di pintu kelas kami. Setiap siswa yang lewat selalu menahan senyum. Mungkin bagi beberapa yang tampak heran, hal itu hanya sebuah lelucon. Sebuah kardus bekas yang ada dikelas kami pun disulap menjadi sebuah kotak amal.
“Sumabangan Sukarela. Untuk beli makan musang.”
Kardus itu digantung didepan kelas kami, yang hari itu sudah benar-benar menjadi perhatian warga sekolah.
Hari Rabu itu mungkin hari yang paling tidak bisa kami lupakan. Bagaimana tidak? Sepanjang hari itu kami tidak bisa berkonsentrasi dengan pelajaran. Berita bahwa kelas kami mendapat penghuni kelas baru langsung saja mewabah keseluruh sekolah.
Saat jam pelajaran sedang berlangsung, beberapa guru kami mengunjungi kelas. Guru matematika kami tiba dengan sekantung kecil kuaci di tangan.
“Ini musang doyan kuaci nggak? Di jual lumayan nih. Baunya nggak enak ya? Ini yang kotorannya buat kopi bukan?”
Sementara guru biologi kami mengajukan pertanyaan yang lebih masuk akal.
“Baru kali ini saya lihat musang. Kalian kasih makan apa? Dia aktifnya malam hari nih.”
Setiap jam istirahat, kelas kami di datangi siswa dari kelas lain. Meski tidak semua dari mereka benar-benar masuk dan melihat langsung, karena enggan mengeluarkan isi sakunya hanya untuk melihat seekor musang liar. Tapi hal itu jadi sesuatu yang berkesan bagi kelas kami.
Jam pelajaran terakhir hari itu adalah bahasa Inggris. Seperti biasanya, sebelum pelajaran dimulai, guru kami selalu bertanya siapa yang tidak membawa buku paket. Dan hari itu sepertinya adalah hari sial bagi temanku, J dan T (cewek) . Mereka lupa membawa buku. Setelah berpikir sejenak, akhirnya guru kami memutuskan memberi hukuman, yakni menyumbangkan sejumlah uang untuk musang ‘kami’. Saat-saat dimana ada teman kami yang dihukum merupakan saat yang sebenarnya menyenangkan. Mengapa? Terkadang guru kami memberikan hukuman yang benar-benar menghibur.
Aku masih ingat, saat itu pernah 3 orang temanku diminta untuk senam didepan kelas. Pernah juga, mungkin baru sekitar 2 bulan lalu. Karena beberapa teman perempuanku bergumam sambil menyanyikan lagu saat pelajaran berlangsung, mereka dihukum dan diminta untuk bernyanyi di depan kelas. Pada akhirnya mereka menampilkan accapella yang juga mereka gunakan sebagai tugas akhir seni musik. Dan hukuman terakhir yang diberikan guruku di saat jam pelajaran bahasa Inggris terakhir sebelum ujian adalah foto alay. Yang kurang beruntung kali itu adalah Z(cewek) dan MH(cowok). Mereka di minta untuk berfoto dengan berbagai gaya dan menggunakan properti yang ada. Gitar, cardigan, helm, sapu, kain pel dan entah apalagi. Dalam foto itu mereka dilarang tersenyum. Setelah photo session itu selesai, salah seorang teman laki-laki kami dihukum karena berisik. Dia diminta berfoto sama seperti 2 teman kami sebelumnya. Sebut saja (dan lagi-lagi) J. Saat ia maju, teman kami yang berinisial H(cowok) mengajukan saran yang cukup gila sepertinya. Akhirnya guru kami juga menyuruhnya maju dan bahkan mempraktekkan sarannya itu. Ia berfoto di depan kelas dengan pose yang cukup ‘menggoda’. Berdiri sambil memeluk tiang bendera sambil menjulurkan sebagian lidahnya. Susah untuk dijelaskan sebenarnya.
Kembali ke musang.
Di jam terakhir bahasa inggris itu, guru PKn kami berkunjung untuk melihat si musang. Sepertinya, ibu kami itu cukup berpengalaman.
“Bau kelasnya jadi wangi ya, bau pandan. Kalian kasih makan apa? Biasanya dia makannya daging lho.”
Saat seluruh penghuni kelas kami berkata kelas kami berbau tidak sedap, ibu kami itu justru satu-satunya orang yang berkata bahwa kelas kami bau pandan. Ibu itu bercerita, saat beliau masih kecil, di desanya sering dijumpai musang.
Setelah seluruh pelajaran selesai, seperti biasanya kami tidak langsung pulang. Kami harus melakukan tugas piket kami. Tapi berbeda dengan hari itu.Bukannya piket, kami justru berunding, mau diapakan makhluk berbulu itu. Akhirnya, J memutuskan membawanya pulang kerumah. Kebetulan rumahnya cukup dekat dengan sekolah.
Sore itu, J pulang dengan sebuah kontainer berisi musang di tangannya. Kontainer yang cukup besar itu di beri alas berupa papan dan ditutup dengan sehelai sarung. Entah untuk apa fungsi sarung itu. Mungkin untuk menjaga sang musang agar tidak kehujanan. Maklum saja, sore itu sedang gerimis.
Esok paginya, aku membuka grup chatting line kelasku. Berdasarkan sumber yang terpercaya –J- ,kami mendapat kabar bahwa musang itu kabur.
Malam itu, sekitar pukul 22.00, J memberikan beberapa potong daging ayam untuk sang musang. Musang itu diletakkan di halaman depan rumahnya, dalam tempat yang sama dan dengan sehelai sarung yang menutupinya. Diatas kontainer itu, ada 2 buah batu bata yang menjaga agar kontainer itu tidak terbuka sehingga ia kabur.
Beberapa jam setelah itu, sekitar pukul 03.00, ayah J memintanya mengecek makhluk itu. Sekilas, J melihat kandang itu masih ada di tempat yang sama. Tapi tunggu! Kandang itu sedikit terbuka. Batu bata yang pada awalnya ada diatas, terjatuh. Begitu juga dengan sarung yang menyelimuti kandang itu. Mungkin karena dalam keadaan mengantuk, awalnya J pikir musang itu kedinginan, sehingga mengambil sarung itu dan menggunakannya sebagai selimut. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, tentu itu tidak mungkin.
Dengan segera J mengambil sebuah sapu. Ia menyingkap kandang itu dan.. nihil. Gundukan sarung yang awalnya ia pikir berisi musang ternyata kosong. Musang itu melarikan diri. Hewan itu memang nocturnal, jadi tidak heran jika dia menjadi aktif.
Sebenarnya kami merasa kecewa karena kehilangan penghuni baru kelas kami itu. Awalnya kami sudah berencana muluk-muluk dengan menjualnya dan memasukkannya untuk uang kas. Padahal mungkin jika musang itu hanya spesies biasa, hanya laku sekitar 200.000. Yah tapi mau bagaimana lagi?
Keesokan harinya hingga beberapa hari setelah kejadian itu, masih ada beberapa guru yang bertanya, “Kemana musangnya?”. Mereka kurang beruntung rupanya.
Dan begitulah akhir cerita kita. Aku, teman kelasku dan si musang. Setidaknya meskipun kita gagal memeliharanya maupun menjualnya, musang itu bisa jadi kenangan yang tidak akan terlupakan di tahun terakhir sekolah kami. 
Penghuni baru kelasku.